Bangkitmimpi.com-Terjadinya perang uhud ini berawal dari rasa kekecewaan dan rasa dendam kafir quraisy kepada muslimin.
Rasa dendam setelah kekalahan mereka dalam perang badar atau perang ahzab. Dalam segi jumlah dan kekuatan mereka kafir quraisy lebih banyak dan kuat.
Seharuslah merekalah yang berhak megundapatkan kemenangan, namun Allah menghendaki kemenangan diatas tangan muslimin. Berkat pertolongan bala tentara Allah dari kalangan malaikat, kafir quraisy lari tunggang langgang.
Lebih menyakitkan lagi banyak tokoh tokoh mereka banyak yang gugur dalam perang tersebut.
Contents
Waktu Dan kejadian Perang Uhud
Perang uhud terjadi pada tanggal 22 Maret 625 M(7 Syawal 3 H). Peperangan ini terjadi kurang lebih satu tahun setelah berkecamuknya perang badar. Para ahli sejarah berselisih akan hari terjadinya.
Menurut kebanyakan pakar sejarah mengatakan perang uhud terjadi pada hari sabtu.
Adapun tempatnya perang uhud berkecamuk di bukit uhud. Sebuah bukit yang berada pada ketinggian 128 meter.
Bukit ini berada disebalah utara Madinah dengan jarak 5,5 kilo meter dari Masjid Nabawi.
Sebab Terjadinya Perang Uhud
kekalahan di perang badar membuat mereka hancur berkeping-keping. Banyak korban dari kalangan para tokoh berjatuhan, bahkan sebagian mereka menjadi tawanan muslimin.
Banyak yang lari tunggang langgang dan akhirnya bisa sampai ke rumah dengan kepedihan dan kekecewaan yang mendalam.
Dengan sesampainya Abu Sufyan beserta kafilah dagang tiba di Makkah, maka mereka kafir Quraisy mengadu kepadanya agar diadakan penyerangan balik. Salah satu keluarga yang gugur di perang badar pun menyeru kepada Abu Sufyan dan kafilah dagang lainya.
“Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membinasakan kalian serta membunuh orang – orang terbaik kalian. Maka dari itu, bantulah kami dengan harta kalian itu untuk memeranginya. Mudah-mudahan kami dapat membalas dendam atas kematian orang – orang kita!”
Selain karena balas dendam, Perang Uhud ini bertujuan agar mereka kafir Quraisy bisa kembali membuka jalur perdagangan. Yaitu jalur perdagangan menuju Syam yang harus melewati kota Madinah.
Baca juga “10+ Tanda Tanda Kiamat Diakhir Zaman.
Menyambut Musuh Diluar Kota
Setelah mendengar akan kabar bahwa kafir Quraisy akan menyerang Madinah yang dikomandani oleh Abu Sufyan, maka Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengadakan musyawarah bersama para sahabat.
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bermusyawarah untuk mengambil tindakan penyerangan kafir Quraisy.
Apakah bertahan di Madinah dan menunggu kedatangan mereka atau menyongsong Kafir Quraisy dari luar kota Madinah. Perdebatan pun terjadi dikalangan para sahabat.
Para pemuda anshor berpendapat agar menyongsong mereka dari luar kota Madinah. Akhirnya keputusan pun berakhir yaitu dengan menyongsong mereka diluar Madinah.
Padahal waktu itu Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam lebih condong untuk menunggu mereka dan menyerang dari dalam kota Madinah.
Para sahabat pun saling menyalahkan kenapa tidak mengikuti pendapat Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Akhirnya para sahabat meminta Hamzah agar disampaikan kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Ketika Hamzah menyampaikan kepada Rosulullah, maka beliau menjawab ‘Sesungguhnya jika seorang nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya hingga terjadi peperangan.
Akhirnya keputusan awal tetap dilaksanakan, yaitu menghadang mereka diluar kota Madinah.
Sebelum keberangkatan para mujahidin ke medan tempur, Rosulullah mengamanahkan kota Madinah kepada sahabat Ibnu Ummi Maktum.
Jumlah Pasukan Perang Uhud
-
Pasukan Perang Uhud Kafir Quraisy
Sudah jauh-jauh hari kafir Quraisy menyiapakan pasukan bela tentaranya. Pasukan yang dipimpin oleh Abu Sufyan membawa banyak akan harta barang dagangan yang selamat dari serangan muslimin.
Selanjutnya barang dagangan dan keuntungan tersebut untuk bekal pasukan Quraisy dalam perang Uhud. Demi balas dendam mereka dalam perang badar, Abu Sufyan mengirim bala tentara sejumlah tiga ribu orang. Pasukan yang terdiri dari qoum Quraisy sendiri dan beberapa suku yang pro dengan mereka.
Suku-suku yang loyal kepada Qoum Quraisy seperti Bani Kinanah dan penduduk Tuhamah. Bahkan mereka pun mengirim dua ratus pasukan kuda dan tujuh ratus pasukan bertameng.
Mereka pun juga sudah mengatur strategi untik perang uhud ini. Mereka mengangkat Khâlid bin al-Walîd sebagai komandan sayap kanan, sementara sayap kiri di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl.
Tak lupa juga, mereka juga mengajak beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat pasukan Quraisy dan menjaga mereka supaya tidak melarikan diri. Sebab jika ada yang melarikan diri, dia akan dicela oleh para wanita ini.
-
Pasukan Perang Uhud Muslimin
Jumlah pasukan muslimin dalam perang uhud ini bisa dikatakan sedikit, karena tak sebanding dengan jumlah kafir Quraisy. Pada waktu itu jumlah total pasukan muslimin cuman seribu orang dengan perlengkapan seratus baju besi dan lima puluh ekor kuda.
Bahkan ditengah perjalan menuju bukit Uhud sebagian kaum muslimin terhasut oleh perkataan Ubay Bin Salul sang tokoh munafiq.
Akhirnya pasukan muslimin yang setia bersama nabi tinggal tujuh ratus orang saja.
Strategi Rosulullah Di perang Uhud
Pertempuran yang dipimpin oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam ini terjadi diluar madinah. Yaitu tepatnya disekitar bukit uhud.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatur posisi pasukan dengan membelakangi Uhud dan menghadap Madinah, sehingga pasukan musuh berada di tengah kaum muslimin dan Madinah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menerapakan strategi bertahan, karena jumlah pasukan kaum muslimin yang sedikit.
Tidak hanya karena jumlah pasukannya yang lebih sedikit dari kaum Quraisy, tetapi terlebih karena pasukan muslimin baru saja mengalami ‘hantaman psikologis’ karena Abdullah bin Ubay bersama 300 pengikutnya tiba-tiba mundur (desersi), kembali ke Madinah, setelah melihat pasukan Quraisy yang berkekuatan 3.000 orang.
Sisa 700 pasukan muslimin yang sempat terguncang akhirnya kembali tegar dan semangat berjuang karena Allah dan rosulNya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam juga memilih pasukan khusus yang berjumlah lima puluh orang. Meraka adalah pasukan pemanah jitu yang sudah berbakat.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menempatkan mereka diatas bukit, tepatnya di Jabal Rumat/Jabal Ainain. Jarak pasukan panah dengan kaum muslimin yang dibawah bukit sekitar seratus lima puluh meter.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam memilih Abdullah bin Jubair sebagai komando pasukan panah. Beliau juga mewanti-wanti agar tetap fokus diatas bukit dan jangan sekali-kali turun bukit tanpa ada perintah dari beliau.
Beliau bersabda: “Lindungilah punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang beretempur, maka kalian tidak perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta rampasan, maka janganlah kalian turun bergabung bersama kami.
Dalam riwayat Bukhari juga disebutkan.
Beliau bersabda:”Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, maka janganlan kalian meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusan yang datang kepada kalian. Jika kalian melihat kami dapat mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat, hingga ada utusan yang datang kepada kalian.”
Sepuluh Pemanah Syahid Di Bukit Uhud
Mungkin kisah perang uhud ini cukup jadi pembelajaran bagi kita semua.
Ketika Allah dan rosulNya memerintahkan sesuatu maka wajib ubtuk mentaatinya.
Sebelumya Rosulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam sudah berulang kali mewanti-wanti agar pasukan panah tidak turun kecuali atas perintah beliau. Dari sini seakan-akan Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam sudah tahu apa yang akan terjadi kedepanya nanti.
Ketika pertempuran hampir usai dan kemenangan hampir di tangan muslimin, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam tetap saja memerintahkan agar pasukan bersiaga di tempatnya masing-masing.
Namun karena tergiur dengan harta dunia yang fana, beberapa pasukan pemanah yang berada diatas bukit berteriak-teriak ” Harta ghonimah, harta ghonimah !!! Wahai para sahabat, kita sudah menang, ayok kita semua turun.
Sang komandan Abdullah bin Jubair pun meneriaki para pasukan pemanah yang turun kebawah karena tergiur dengan gelimpang harta dunia. “Apakah kalian sudah lupa apa yang diamanahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam kepada kita?!!
Memang sekilas tampak sudah menang, tetapi ini masalah amanah, dan ketaatan kepada baginda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam.
Tetapi mayoritas dari mereka tidak mengabaikan peringatan itu. Tampaknya perasaan cinta duniawiah (hubbud dunya) masih ada di hati mereka. Mereka berkata, “Demi Allah, kami benar-benar akan bergabung dengan mereka (pasukan inti) agar kami mendapatkan bagian dari rampasan perang ini…!”
Empat puluh pemanah segera beranjak pergi meninggalkan bukit. Ibnu Jubair dengan sembilan temannya yang tersisa berusaha keras menahannya.
Tetapi tetap saja mereka pergi, sehingga hanya tinggal mereka saja yang bertahan. Situasi dan kondisi seperti ini yaitu turunya para pasukan pemanah ternyata menjadi pengamatan Khalid bin Walid.
Ia memerintahkan pasukan berkudanya kembali ke arah Uhud, mengambil jalan memutar hingga langsung berhadapan dengan pasukan panah Ibnu Jubair, yang tentu saja tidak mampu menahan laju serangan seperti sebelumnya. Satu persatu mereka terkapar bersimbah darah menemui syahidnya, demi mematuhi perintah Rasulullah SAW untuk tetap bertahan di atas bukit, apapun yang terjadi.
Kemudian Khalid bin Walid menyerang pasukan muslimin dari arah belakang hingga mereka porak poranda. Pergerakan ini ternyata diikuti oleh pasukan Quraisy lainnya, yang segera kembali ke arena pertempuran dan memborbardir kaum muslimin dengan serangan dari segala arah.
Amrah binti Alqamah al Haritsiyah seorang wanita Quraisy segera mengambil panji pertempurandan mengibarkannya sehingga semangat mereka kembali menyala. Kemenangan kaum muslimin yang tinggal sedikit saja diraih, berbalik menjadi kekalahan hanya karena ketidak-disiplinan dan ketidak patuhan 40 orang pemanah di bukit terhadap perintah Rasulullah SAW.
Gugurnya Sang Singanya Allah
Julukan Asadullah yang berarti singanya Allah diberikan kepada pamanya rosulullah yaitu Hamzah Bin Abdul Muthollib.
Beliau berperang seakan-akan singa kelaparan yang memburu mangsanya. Semangat dan keberanian Hamzah sangat ditakuti oleh kafir Quraisy.
Qodarullah, akhirnya beliau sang ksatria yang gagah berani akhirnya syahid di perang uhud. Disaat perang berkecamuk beliau memporak porandakan pasukan kafir, ada seorang budak bernama Wahsy bin Harb yang selalu mengintai gerak gerik Hamzah.
Wahsy bin Harb adalah budak hitam Jubair bin Muthi’im dari Habsyah. Budak itu sangat pandai dalam melempar tombak.
Hampir setiap lemparan yang ia lemparkan pasti mengenani sasaran. Merupakan syarat dimerdekakannya dia dari perbudakan yaitu dengan membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib.
Wahsy bin Harb pun mengiyani tawaran majikanya, yaitu membunuh Hamzah. Jubair bin Muthi’im menyuruh membunuh karena sebagai balas dendam atas kematian pamanya di perang badar.
Dengan bersembunyi-sembunyi dan fokus menepatkan sasaran tombak kearah Hamzah, Wahsyi akhirnya bisa berhasil membunuhnya. Tepat dibagian perut bawah hingga tembus keluar dari selangkangan.
Allahu Akbar maka gugurlah Hamzah bin Abdul Mutholib sebagai syahid di perang uhud. Semoga Allah menempatkan beliau bersama kafilah syuhada’.
Lebih lengkapnya bisa dilihat penggalan video dibawah ini.
Penutup
Dari kisah perang uhud yang sudah kita bahas tadi banyak pelajaran yang bisa dipetik.
Diantaranya adalah
- wajibnya kita mentaati perintah seorang pemimpin muslimin. Selagi perintah itu baik dan tidak melanggar syari’at islam.
- Dunia itu sifatnya fana, kenikmatan dunia hanya sesaat saja. Jangan sampai kita tertipu dengan kegemerlapan materi dunia sehingga lupa akan akhirot.
Mungkin cukup sekian, terima kasih banyak sudah mau mampir ke website bangkitmimpi.com.
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Wallahu a’lam bishowaab.
Tinggalkan Balasan